PSIKOLOGI PENGARANG

 PSIKOLOGI PENGARANG

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sastra

 

Dosen Pembimbing:

Dr. Bayu Firmansyah, S,S., M.Pd 

KELOMPOK 1:

1.      DIDIK JAKARIA                 (18188201001)

2.      NITA KHARISMA               (18188201002)

3.      ARISA PUTRI YULIANI    (18188201004)

4.      ALFA JULIA                         (18188201008)

5.      REZA NUR INAYAH          (18188201017)

6.      CHANIFAH                           (18188201018)

7.      RIO SANJAYA PRAKOSO  (18188201023)

8.      M. ULUL UZLAM R.           (18188201029)

9.      M. RIZALDI RAMADHANI (18188201075)

 

 

 

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ANGKATAN 2018 A

FAKULTAS PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran.

            Dan harap kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

            Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

 

 

 

 

 

Pasuruan, 11 Oktober 2020

 

 

                                                                                                            Penyusun

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1         LATAR BELAKANG............................................................................................1

1.2         RUMUSAN MASALAH...................................................................................... 1

1.3         TUJUAN................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2

  2.1            PENGERTIAN PSIKOLOGI PENGARANG................................................................. 2

  2.2            MEMORI PSIKOLOGI PENGARANG..........................................................................2

  2.3            TIPOLOGI PSIKIS PENGARANG................................................................................ 3

  2.4            PSIKOBUDAYA PENGARANG................................................................................... 6

  2.5            KEPRIBADIAN PENGARANG.................................................................................... 7

BAB III PENUTUP.........................................................................................................9

  3.1            KESIMPULAN....................................................................................................9

  3.2            SARAN............................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 10

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 1.1  LATAR BELAKANG

            Psikologi Sastra adalalah psikologi sastra yang lahir sebagai salah satu jenis kajian sastra yang digunakan untuk membaca dan mengnterpretasikan karya sastra, pengarang karya sastra dan pembacanya dengan menggunakan berbagai kosep dan kerangka teori yang ada dalam psikologi.

Psikologi sastra melahirkan berbagai sastra dengan berbagai disiplin, seperti psikologi sastra,psikologi pengarang, psikologi pembaca, sosiologi pengarang, sosiologi pembaca, sosiologi karya sastra, juga strukturalisme genetik, sosiologi sastra marxime.

Dalam makalah ini, kita akan membahas tentang psikologi pengarang yang dimana memuat pembahasan pengertian psikologi pengarang, memory psikologi pengarang, tipologi psikis pengarang, psikobudaya pengarang, dan kepribadian pengarang.

 

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.      Apakah pengertian dari Psikologi Pengarang ?

2.      Apakah yang dimaksud dengan Memory Psikologi Pengarang ?

3.      Apakah yang dimaksud dengan Tipologi Psikis Pengarang?

4.      Apakah yang dimaksud dengan Psikobudaya Pengarang?

5.      Apa sajakah faktor yang mempengaruhi Kepribadian Pengarang ?

 

1.3 TUJUAN

1.      Untuk menjabarkan pengertian Psikologi Pengarang.

2.      Untuk menjabarkan maksud dari Memory Psikologi Pengarang.

3.      Untuk menjabarkan maksud dari Tipologi Psikis Pengarang.

4.      Untuk menjabarkan maksud dari Psikobudaya Pengarang.

5.      Untuk menjelaskan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi Kepribadian Pengarang.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1       PENGERTIAN PSIKOLOGI PENGARANG

Psikologi Pengarang merupakan salah satu wilayah pesikologi esian yang membahas aspek kejiwaan pengarang sebagai suatu tipe maupun sebagai seorang pribadi (Warren, 1990). Yang menjasi fokus adalah aspek kejiwaan pengarang yang memiliki hubungan dengan proses lahirnya karya sastra.

Kajian yang terhubung dengan “keadaan jiwa” sebagai sumber penciptaan puisi yang baik telah dikemukakan oleh Wordsworth, seorang penyair romantik Inggris pada awal abad sembilan belas, menjelaskan bahwa “keadaan jiwa” dengan psikologi khususnya, akan melahirkan pengungkapan bahasa puisi yang khusus pula (Hardjana, 1984).

Berdasarkan pengakuan dari beberapa pakar, bahwa karya – karya sastra (puisi) lahir dari seorang penyair yang sedang berada dalam kondidi kejiwaan tertentu. Dapat dikatakan, pemahaman seorang peneliti terhadap aspek psikologi pengarang dalam konteks ini perlu dilakukan informasi yang dapat diperoleh bukan hanya dari yang bersangkutan secara langsung, melalui wawancara atau ngobrol maupun tulisan, tetapi seorang peneliti juga dapat secara langsung bergaul sendiri dan mengamati apa yang terjadi dalam dialami oleh seorang pengarang. Namun, hal ini dapat dilakukan jika pengarang masih hidup dan sezaman dengan peneliti. Dapat dikemukakan bahwa wilayah kajian psikologi pengarang antara lain adalah asoek kejiwaan pengarang yang berhubungan dengan penciptaan karya kejiwaan pengarang yang berhubungan dengan penciptaan karya sastranya, pengalaman indivual dan lingkungan pengarang, dan tujuan khusus yang mendorong penciptaan karya sastra (Wiyatmi, 2011).

 

2.2       MEMORY PSIKOLOGI PENGARANG

Memori adalah persoalan siapapun, termasuk pengarang. Pengarang sendirinya akan menggunakan memori untuk berkarya. Cuman memori tersebut terbatas. Padahal, ingatan merupakan faktor psikis yang amat penting bagi pengarang. Karena melalui ingatanlah pengarang dapat menciptakan karya yang baik.

Dalam permasalahan tersebut, T.S. Eliot (Warren, Teori Kesustraan, 1989) memperkenalkan pandangannya yang khas tentang penyair. Penyair tak akan lepas dari fantasi kejiwaan, seperti dinyatakan Wright tadi. Bahkan, amat mungkin fantasi dalam diri penyair semakin berlebihan. Penyair dianggapnya mengulangi kembali atau tetap mempertahankan hubungan dengan masa kanak-kanaknya dan dengan masa muda umat manusia, sementara ia melangkah ke masa depan. Karya sastra dalam konteks ini, merupakan “rekam ulang” masa lalu tidaklah keliru. Rekaman itu merupakan potret jiwa. Pemutaran ulang kejiwaan, tentu tidak sekedar yang berasal dari dirinya, tetapi juga lingkungannya. Kekayaan diri pengarang akan ditempa oleh kondisi lain.

   Dalam kata-kata Eliot itu, kita dengan cepat melihat pengaruh Carl Jung dan pengulangan tesis Jung bahwa dalam alam bawah sadar manusia, daerah masalalu, masa kanak-kanak dan masa bayi yang tertekan ke bawah sadar, ada ‘kesadaran kolektif’, yakni daerah masalalu umat manusia dan masa sebelum manusia ada. Jung menciptakan tipologi psikologi yang rumit. Memori yang menyelimuti pengarang sekurang-kurangnya ada empat faktor psikologis, yaitu (1) pikiran, (2) perasaan, (3) intuisi, dan (4) sensasi, yang dibagi lagi atas dua kategori yaitu kategori extrovet dan introvet. Di luar dugaan, ia tidak menggolongkan semua pengarang ke kategori introvet-intuitif, atau kategori introvet saja. Untuk menghindari penggolongan yang terlalu sederhana, ia mengatakan bahwa ada pengarang yang menunjukkan tipe aslinya melaluitulisan-tulisannya, dan ada yang justru menampilkan antitipenya, yakni tipe pelengkap yang kontras dengan kepribadiannya.

   Dari empat faktor psikologis tersebut, satu dengan yang lain saling melingkupi. Dunia pengarang tak bisa hanya mengandalkan satu tipe saja. Karya yang hanya mengandalkan pikiran kurang begitu menyentuh jika tanpa kehadiran perasaan, begitu seterusnya. Apabila keempat tipe itu dilacak dalam karya sastra di Indonesia, tentu akan banyak yang dominan, yaitu aspek perasaan (emosi). Perasaan seaakan menjadi modal utama pengarang melukiskan duniannya (Endraswara, 2008).

 

2.3       TIPOLOGI PSIKIS PENGARANG

Keadaan psikis pengarang adalah suasana unik. Pengarang hidup dalam suasana yang lain dari yang lain. Pada realitas semacam ini, tugas peneliti psikologi sastra hendaknya lebih menukik sampai hal-hal yang bersifat pribadi. Hal personal itu dikaitkan dengan sastra yang di hasilkan. Dari sini, bisa memunculkan aneka tipe kepengarangan.

Pada dasarnya, dapat dinyatakan bahwa homo scriptor tidak terdiri dari satu tipe saja. Simpulan (Warren, Teori Kesustraan, 1989) ini cukup mewakili peta psikologi sastra kerena pengarang memang tidak berjiwa tunggal. Pengarang adalah makhluk multijiwa, yang bisa bersuara apa saja. Kita bisa menggolongkan Coleridge, Shelly, Baudelarine, dan Poe- kesemuanya penulis-penulis romantik – dalam satu kelompok. Sejajar dengan ini kita juga dapat menggolongkan penulis Widi Widayat, Any Asmara, Ayu Utami dalam kategori pengarang berjiwa romantik. Meskipun karyanya ada nilai-nilai kejiwaan lain, hal itu berarti pengarang memang bersifat ganda.

Ada penyair lirik, romantik, dramatik, dan epik yang secara psikologis mampumenciptakan denyut kejiwaan. Penyair Darmanto jatman, yang memiliki keilmuan dasar psikologis dengan Karta Iya Bilang Boten dapat dikategorikan dengan sebagai penyair lirik psikologis. Karya-karya dwibahasa dia cukup kental dengan endapan psikologi Jawa. Hal tersebut juga berarti multi jiwa akan dibarengi oleh multi bahasa sebagai sarana simbolik. Pengarang juga tak pernah mengkalim dirinya termasuk golongan mana. Kritikus atau pembacalah yang mencoba menggolongkan hal tersebut. Oleh sebab itu, golongan tersebut  bukan paten, melainkan lentur atau cair.

Novelis dan cerpenis juga dapat digolongkan seperti itu. Seorang ahli tipologi yang lain, Kretschmer (seorang Jerman), membedakan penyair dengan novelis, yaitu penyair kurus, lemah dan mudah diserang “schizophrenia”, sedangkan novelis gemuk, pendek dan tidak stabil emosinya. Penggolongan semacam inilah yang tidak sepenuhnya disetujui karena “schizophrenia” adalah gejala sakit jiwa yang mengasingkan diri, dapat melanda penulis apa saja, termasuk novelis dan cerpenis. Mungkin, kondisi kepenyairan luar negeri dengan negara kita berbeda, hingga kesimpulan Wellek dan Warren demikian terwujud. Padahal, jika direnungkan, siapa saja dapat mengasingkan diri karen hendak menemukan orisinilitas. Bahkan, puisi-puisi imajinatif Imam Gazali pun demikian halnya, sementara novelis Ahmad Tohari dengan Ronggeng Dukuh Parukjuga demikian. Hanya saja, kapasitas pengasingan diri satu dengan yang lain memang bisa berbeda.

Sastrawan juga dapat dibagi lagi dalam dua tipe psikologis, yaitu (a) sastrawan yang kesurupan (possessed) yang penuh emosi, menulis dengan spontan dan yang meramal masa depan, dan (b) sastrawan pengrajin (maker), yang penuh keterampilan, terlatih dan bekerja dengan serius dan penuh tanggung jawab. Penggolongan ini tidak selalu tepat. Oleh karena sifat “kesurupan” dalam tradisi sastra, sebenarnya modal yang tidak sederhana. Kesurupan tidak bisa dinilai semena-mena. Begitu juga sastrawan “pengerajin”, tampaknya sekedar mementingkan produktivitas, bukan kualitas.

Memang harus disadari bahwa perbedaan tersebut dapat dilihat sepanjang sejarah sastra : sastrawan “kesurupan” adalah penyair primitif shaman, penyair romantik, penyair ekspresionis, dan penyair surealis. Sementara penyair profesional dari Irlandia dan Islandia serta penyair-penyair Ranaisans, dan neoklasik adalah tipe “pengerajin”. Tentu kedua tipe ini tidak merupakan dau kutub yang terpisah secara eksklusif. Milton, Poe, Henry James, Eliot, Shakespeare, Dante adalah pengarang yang memadukan kedua tipe itu dalam diri mereka. Mereka menyajikan obsesi-obsesi kehidupan dalam karya yang dibuat dengan penuh ketekunan, ketelitian, dan kesadaran. Tak ada satupun  pengarang ynag secara tepat dapat masuk pada tipologi tersebut. Apalagi, derap psikologi pengarang sewaktu-waktu juga dapat berubah.

Apollo dan Dionysus dua dewa seni Yunani mewakili dua jenis seni dan proses seni, seni patung dan seni musik, tingkat psikologis mimpi dan keadaan mabuk ekstase. Keduanya kira-kira sejalan dengan penggolongan sastrawan “pengerajin” dan sastrawan “kesurupan”, sastrawan klasik dan romantik. Keadaan ekstase dan “pengerajin” dalam sastra, secara psikologis amat sulit dipisahkan. Pengarang yang sukses kadang-kadang harus memanfaatkan keduannya. Kedalaman imajinasi biasanya terbangun melalui ekstase. Tipe-tipe pengerajin, sebenarnya dalam sastra tergolong underdoge. Oleh sebab itu, dunia sastra lebih tepat disebut pengarang kreatif.

Pada bagian selanjutnya, psikolog Prnacis, Ribot, terpengaruh Nietzsche ketika membagi dua tipe imajinasi sastrawan menjadi tipe “plastis” dan tipe diffluent (cair). Pengarang tipe “plastis” mampu membuat pencitraan visual yang tajam, yang dirangsang oleh pengindraan dari luar. Pengarang tipe diffluent (pendengaran dan simbolik), memulai imajinasi melalui emosi atau perasaan, lalu menuangkannya melalui irama dan pencitraan yang didorong oleh stimulus dari dalam dirinya. Yang termasuk tipe terkahir adalah penyair simbolis dan pengarang cerita romantik, seperti Tieck, Hoffman, dan Poe. Jelas Eliot mendapatkan ide dari teori Ribot ketika ia mengkontraskan imajinasi visual Dante dan imajinasi pendengaran Milton. Kedua tipe tersebut secara psikologis tidak dapat dipandang remeh. Sebab, watak plastis dan cair dalam sastra merupakan kondisi kejiwaan yang di butuhkan. Gagasan yang plastis dan cair akan menentukan karya sastra itu menarik atau tidak (Ana Lutfiah, 2017).

 

2.4       PSIKOBUDAYA PENGARANG

Psikobudaya adalah kondisi pengarang yang tidak lepas dari aspek budaya. Kejiwaan pengarang dituntun oleh kondisi budayanya. Pengarang yang bebas sama sekali daro faktor budaya, hampir tidak ada. Faktor budaya akan menyublim secara halus dalam jiwa pengarang. Banyak yang menyoroti masalah psikologi kreativitas pengarang yang terkait dengan budaya. Penelitian psikologis pengarang akan memahami betapa penting faktor internal dan eksternal dalam psikologis pengarang. Pengarang tidak bisa lepas dari budaya, pribadi, dan moral yang mengitari jiwanya.

Menurut (Arieti, 1976) menyebutkan bahwa masyarakat atau budaya yang menumbuhkan kreativitas anggota masyarajat sebagai creativogenic society. Walaupun proses kreatif merupakan suatu fenomena “intrapsikis”, ia merupakan bagian dari suatu sistem terbuka. Sintes magis yaitu penciptaan saru suatu karya kreatif, tidaj terjadi tanpa masukan dari dunia luar, dan sangat dibantu / memudahkan oleh iklim atau lingkungan yang tepat.

rieti membedakan berbagai faktor sosio kultural yang creativogenic. Faktor pertamayang menurutnya paling esensial adalah tersedianya sarana/ prasarana budaya. Misalnya, di Jakarta, adanya Taman Ismail Marzuki yang memungkinkan para seniman, budayawan, sastrawan, dan sebagainya. Saling bertemu, berdiskusi dan memaparkan karya-karya seni mereka sangat membantu perkembangan seni (termasuk seni sastra). Sebagai contoh, Sori Siregar dapat bertemu dengan Arif Budiman di TIM, yang menghasilkan percakapan yang mana antara lain merangsangnya untuk tidak membatasi diri pada penulisan cerpen, tetapi juga novel. Faktor kepengarangan demikian,menurut hemat saya, memang tidak terelakkan dalam diri psikis pengarang. Pengarang yang hidupnya penuh liku-liku kultural, tentu amat kaya jiwanya. Di Yogjakarta, misalnya, di zaman Umbu Landu Paranggi, dengan Sanggar Bambu, budaya Malioboro amat berperan. Peristiwa obrolan dan nongkrong di jantung kota, akan membentuk kreativitas batin.

Kreativitas kedua dari budaya creativogenic ialah keterbukaan terhadap berbagai rangsangan kebudayaan, baik yang nasional maupun internasional.

 

2.5       KEPRIBADIAN PENGARANG

Kepribadian adalah persoalan jiwa pengarang yang asasi. Pribadi pengarang akan memengaruhi ruh karya. Belajar dari gagasan benedict kepribadian seseorang ada yang normal ada abnormal. Pribadi normal, biasanya mengikuti irama yang lazim dalam kehidupannya. Apapun abnormal, bila terjadi deviasi kpribadian. Kedua wilayah pribadi sah-sah saja dalam kehidupan pengarang.

Kepribadian memang dapat dibentuk. Dalam pertemuan dengan orang-orang yang ternama dalam bidang sastra dan diluar sastra, pribadi pengarang akan terbentuk. Interaksi antara pribadi-pribadi atau kelompok individu yang mempunyai minat yang sama mempunyai dampak yang amat menentukan. Sitor situmorang (Eneste, 1984) berupaya agar ia sempat berjumpa dengan para seniman yang tenar. Hamsad rangkuti mengungkapka bagaimana ia dengan pindah dari kota kecil ke medan, mulai berkenalan dengan tokoh-tokoh seniman medan; mula mula ia memang merasa “tidak dianggap” pleh mereka, tetapi dengan diterimanya salah satu karyanya dimajalah sastra yang terkenal, mereka mau menegurnya dan meminjaminya buku-buku, hal mana membuatnya lebih mengenal karya-karya sastra.

Faktor terakhir yang dikemukakan oleh arieti sebagai cretivougenic ialah pemberian insentif dan penghargaan. Meskipun hadiah yang paling besar untuk kreativitas adalah kreativitas itu sendiri, dan tak ada yang lebih menggembirakan dalam arti memuaskan pribadi yang kreatif daripada kegiatan mencipta itu sendiri (proses), atau karya kreatifnya (produk), intensif dan penghargaan dapat memperkuat motivasi. Namun, jika berlebih justru menghilangkan motivasi intrinsik untuk mencipta. Bagaimanapun, keamanan atau jaminan finansial dapat membantu hal tersebut. Sekali lagi, faktor-faktor creativogenic tersebut hanya merupakan masukan untuk kreativitas individu, tetapi yang lebih esendial adaalah unsur-unsur intrapsikis dari pribadi kreatif.

Dari suatu penelitian tentang pendapat para ahli psikologi di indonesia mengenai ciri-ciri kpribadian kreatif (Munandar, 1977) diperoleh urutan ciri-ciri sebagai berikut: (a) imajinatif, (b) berprakarsa (dapat memulai sesuatu sendiri), (c) mempunyai minat yang luas, keterbukaan terhadap rangsangan baru , (d) mandiri (bebas dalam berpikir), (e) rasa ingin tau yang kuat, (f) kepetualangan, (g) penuh semangat, energik, (h) percaya diri, (i), bersedia mengambil resiko, dan (i) berani dalam keakinan.

Kebanyakan ciri-ciri ini dapat dikenali pada para pengarang atau sastrawan kita. Kreativitas sebagai konsep ditinjau dari segi 4P, yaitu dari aspek pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, tindakan atau prilaku kreatif muncul dari keunikan kepribadian individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Ditinjau dari segi pendorong atau dorongan, kreativitas dalam sastra, maka ialah jika ingin menumbuhkan kreativitas dalam sastra, maka kita perlu menghargai keunikan pribadi seseorang. Menurut pramoednya anata toer (Eneste, 1984) pengalaman berkreasi adalah sangat pribadi, sangat subjektif.

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1 KESIMPULAN

Psikologi Pengarang merupakan salah satu wilayah pesikologi esian yang membahas aspek kejiwaan pengarang sebagai suatu tipe maupun sebagai seorang pribadi (Warren, 1990). Yang menjadi fokus disini adalah aspek kejiwaan pengarang yang memiliki hubungan dengan proses lahirnya karya sastra. Berdasarkan pengakuan dari beberapa pakar, bahwa karya – karya sastra (puisi) lahir dari seorang penyair yang sedang berada dalam kondidi kejiwaan tertentu. Dalam hal ini terdapat empat penajabaran mengenai Psikologi Pengarang, diantaranya:

·         Memory Psikologi Pengarang

·         Tipologi Psikis Pengarang

·         Psikobudaya Pengarang

·         Kepribadian Pengarang

 

3.2 SARAN

1.      Bagi Mahasiswa

Dalam penulisan makalah materi berjudul “PSIKOLOGI PENGARANG” penulis mengharapkan agar seluruh mahasiswa mampu memahami tentang apakah yang dimaksud dengan Psikologi Pengarang dan faktor yang mempengaruhinya.

2.      Bagi Dosen

Dalam penulisan makalah materi “PSIKOLOGI PENGARANG” penulis menyarankan kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sastra Dr. Bayu Firmansyah, S.S, M.Pd memberi bimbingan kepada mahasiswa agar makalah berjalan sesuai dengan instruksi yang diberikan.

3.      Bagi Perpustakaan

Dalam penulisan makalah materi “PSIKOLOGI PENGARANG” penulis dituntut untuk mencari sumber dari literature buku. Untuk pengembangan lebih lanjutnya perpustakaan harus menyediakan buku lebih lengkap perihal materi Psikologi Sastra.


DAFRAR PUSTAKA

 

Ana Lutfiah, d. (2017, September). PSIKOLOGI PENGARANG. Retrieved from Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2015A: http://pbsi2015a.blogspot.com/2017/12/psikologi-pengarang-makalah-diajukan.html

Arieti, S. (1976). Creativity : The Magic Synthesis. New York: Basic Books.

Endraswara, S. (2008). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo.

Eneste, P. (1984). Proses Kreatif : Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang II. Jakarta: PT. Gramedia.

Hardjana, A. (1984). Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramadeia.

Munandar, U. S. (1977). Creativity and Education, Disertasi Doktor U.I. Jakarta: Universitas Indonesia.

Warren, R. W. (1989). Teori Kesustraan. Jakarta: PT. Gramedia.

Warren, R. W. (1990). Teori Kesusastraan. Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

Wiyatmi. (2011). Psikologi Sastra (Teori dan Aplikasinya). Yogyakarta: Kanwa publisher.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS KEPRIBADIAN PENGARANG PADA MUSIKALISASI PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO – HUJAN BULAN JUNI dan L MACHALI – PESISIR SANG KEKASIH

BIODATA ALFA JULIA-SMK PGRI 2 PASURUAN

PERTANYAAN KELOMPOK 9 ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS SERTA MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS