PSIKOLOGI PENGARANG
PSIKOLOGI PENGARANG
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sastra
Dosen Pembimbing:
Dr. Bayu Firmansyah, S,S., M.Pd
KELOMPOK 1:
1. DIDIK JAKARIA (18188201001)
2. NITA KHARISMA (18188201002)
3. ARISA PUTRI
YULIANI (18188201004)
4. ALFA JULIA (18188201008)
5. REZA NUR INAYAH
(18188201017)
6. CHANIFAH (18188201018)
7. RIO SANJAYA
PRAKOSO (18188201023)
8. M. ULUL UZLAM
R. (18188201029)
9. M. RIZALDI
RAMADHANI (18188201075)
PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 2018 A
FAKULTAS PEDAGOGI DAN
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran.
Dan harap kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharap saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Pasuruan, 11
Oktober 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1
LATAR
BELAKANG............................................................................................1
1.2
RUMUSAN
MASALAH...................................................................................... 1
1.3
TUJUAN................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2
2.1
PENGERTIAN
PSIKOLOGI PENGARANG................................................................. 2
2.2
MEMORI PSIKOLOGI PENGARANG..........................................................................2
2.3
TIPOLOGI PSIKIS PENGARANG................................................................................ 3
2.4
PSIKOBUDAYA PENGARANG................................................................................... 6
2.5
KEPRIBADIAN
PENGARANG.................................................................................... 7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................9
3.1
KESIMPULAN....................................................................................................9
3.2
SARAN............................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Psikologi Sastra adalalah psikologi sastra yang lahir sebagai salah satu jenis kajian sastra yang digunakan untuk membaca dan mengnterpretasikan karya sastra, pengarang karya sastra dan pembacanya dengan menggunakan berbagai kosep dan kerangka teori yang ada dalam psikologi.
Psikologi sastra
melahirkan berbagai sastra dengan berbagai disiplin, seperti psikologi
sastra,psikologi pengarang, psikologi pembaca, sosiologi pengarang, sosiologi
pembaca, sosiologi karya sastra, juga strukturalisme genetik, sosiologi sastra
marxime.
Dalam makalah ini,
kita akan membahas tentang psikologi pengarang yang dimana memuat pembahasan pengertian
psikologi pengarang, memory psikologi pengarang, tipologi psikis pengarang,
psikobudaya pengarang, dan kepribadian pengarang.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah pengertian dari Psikologi
Pengarang ?
2.
Apakah yang dimaksud dengan Memory
Psikologi Pengarang ?
3.
Apakah yang dimaksud dengan Tipologi
Psikis Pengarang?
4.
Apakah yang dimaksud dengan Psikobudaya
Pengarang?
5.
Apa sajakah faktor yang mempengaruhi Kepribadian
Pengarang ?
1.3 TUJUAN
1.
Untuk
menjabarkan pengertian Psikologi Pengarang.
2.
Untuk
menjabarkan maksud dari Memory Psikologi Pengarang.
3.
Untuk
menjabarkan maksud dari Tipologi Psikis Pengarang.
4.
Untuk
menjabarkan maksud dari Psikobudaya Pengarang.
5.
Untuk
menjelaskan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi Kepribadian Pengarang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
PSIKOLOGI PENGARANG
Psikologi Pengarang
merupakan salah satu wilayah pesikologi esian yang membahas aspek kejiwaan
pengarang sebagai suatu tipe maupun sebagai seorang pribadi
Kajian yang
terhubung dengan “keadaan jiwa” sebagai sumber penciptaan puisi yang baik telah
dikemukakan oleh Wordsworth, seorang penyair romantik Inggris pada awal abad
sembilan belas, menjelaskan bahwa “keadaan jiwa” dengan psikologi khususnya,
akan melahirkan pengungkapan bahasa puisi yang khusus pula
Berdasarkan
pengakuan dari beberapa pakar, bahwa karya – karya sastra (puisi) lahir dari
seorang penyair yang sedang berada dalam kondidi kejiwaan tertentu. Dapat
dikatakan, pemahaman seorang peneliti terhadap aspek psikologi pengarang dalam
konteks ini perlu dilakukan informasi yang dapat diperoleh bukan hanya dari
yang bersangkutan secara langsung, melalui wawancara atau ngobrol maupun
tulisan, tetapi seorang peneliti juga dapat secara langsung bergaul sendiri dan
mengamati apa yang terjadi dalam dialami oleh seorang pengarang. Namun, hal ini
dapat dilakukan jika pengarang masih hidup dan sezaman dengan peneliti. Dapat
dikemukakan bahwa wilayah kajian psikologi pengarang antara lain adalah asoek
kejiwaan pengarang yang berhubungan dengan penciptaan karya kejiwaan pengarang
yang berhubungan dengan penciptaan karya sastranya, pengalaman indivual dan
lingkungan pengarang, dan tujuan khusus yang mendorong penciptaan karya sastra
2.2 MEMORY
PSIKOLOGI PENGARANG
Memori adalah
persoalan siapapun, termasuk pengarang. Pengarang sendirinya akan menggunakan
memori untuk berkarya. Cuman memori tersebut terbatas. Padahal, ingatan
merupakan faktor psikis yang amat penting bagi pengarang. Karena melalui
ingatanlah pengarang dapat menciptakan karya yang baik.
Dalam permasalahan
tersebut, T.S. Eliot
Dalam kata-kata Eliot itu, kita dengan cepat
melihat pengaruh Carl Jung dan pengulangan tesis Jung bahwa dalam alam bawah
sadar manusia, daerah masalalu, masa kanak-kanak dan masa bayi yang tertekan ke
bawah sadar, ada ‘kesadaran kolektif’, yakni daerah masalalu umat manusia dan
masa sebelum manusia ada. Jung menciptakan tipologi psikologi yang rumit.
Memori yang menyelimuti pengarang sekurang-kurangnya ada empat faktor psikologis,
yaitu (1) pikiran, (2) perasaan, (3) intuisi, dan (4) sensasi, yang dibagi lagi
atas dua kategori yaitu kategori extrovet dan introvet. Di luar dugaan, ia
tidak menggolongkan semua pengarang ke kategori introvet-intuitif, atau
kategori introvet saja. Untuk menghindari penggolongan yang terlalu sederhana,
ia mengatakan bahwa ada pengarang yang menunjukkan tipe aslinya
melaluitulisan-tulisannya, dan ada yang justru menampilkan antitipenya, yakni
tipe pelengkap yang kontras dengan kepribadiannya.
Dari empat faktor psikologis tersebut, satu
dengan yang lain saling melingkupi. Dunia pengarang tak bisa hanya mengandalkan
satu tipe saja. Karya yang hanya mengandalkan pikiran kurang begitu menyentuh
jika tanpa kehadiran perasaan, begitu seterusnya. Apabila keempat tipe itu
dilacak dalam karya sastra di Indonesia, tentu akan banyak yang dominan, yaitu
aspek perasaan (emosi). Perasaan seaakan menjadi modal utama pengarang
melukiskan duniannya
2.3 TIPOLOGI
PSIKIS PENGARANG
Keadaan psikis
pengarang adalah suasana unik. Pengarang hidup dalam suasana yang lain dari
yang lain. Pada realitas semacam ini, tugas peneliti psikologi sastra hendaknya
lebih menukik sampai hal-hal yang bersifat pribadi. Hal personal itu dikaitkan
dengan sastra yang di hasilkan. Dari sini, bisa memunculkan aneka tipe
kepengarangan.
Pada dasarnya,
dapat dinyatakan bahwa homo scriptor tidak terdiri dari satu tipe saja.
Simpulan
Ada penyair lirik,
romantik, dramatik, dan epik yang secara psikologis mampumenciptakan denyut
kejiwaan. Penyair Darmanto jatman, yang memiliki keilmuan dasar psikologis
dengan Karta Iya Bilang Boten dapat dikategorikan dengan sebagai penyair lirik
psikologis. Karya-karya dwibahasa dia cukup kental dengan endapan psikologi
Jawa. Hal tersebut juga berarti multi jiwa akan dibarengi oleh multi bahasa
sebagai sarana simbolik. Pengarang juga tak pernah mengkalim dirinya termasuk
golongan mana. Kritikus atau pembacalah yang mencoba menggolongkan hal
tersebut. Oleh sebab itu, golongan tersebut
bukan paten, melainkan lentur atau cair.
Novelis dan
cerpenis juga dapat digolongkan seperti itu. Seorang ahli tipologi yang lain,
Kretschmer (seorang Jerman), membedakan penyair dengan novelis, yaitu penyair
kurus, lemah dan mudah diserang “schizophrenia”, sedangkan novelis gemuk,
pendek dan tidak stabil emosinya. Penggolongan semacam inilah yang tidak
sepenuhnya disetujui karena “schizophrenia” adalah gejala sakit jiwa yang
mengasingkan diri, dapat melanda penulis apa saja, termasuk novelis dan
cerpenis. Mungkin, kondisi kepenyairan luar negeri dengan negara kita berbeda,
hingga kesimpulan Wellek dan Warren demikian terwujud. Padahal, jika
direnungkan, siapa saja dapat mengasingkan diri karen hendak menemukan
orisinilitas. Bahkan, puisi-puisi imajinatif Imam Gazali pun demikian halnya,
sementara novelis Ahmad Tohari dengan Ronggeng Dukuh Parukjuga demikian. Hanya
saja, kapasitas pengasingan diri satu dengan yang lain memang bisa berbeda.
Sastrawan juga
dapat dibagi lagi dalam dua tipe psikologis, yaitu (a) sastrawan yang kesurupan
(possessed) yang penuh emosi, menulis dengan spontan dan yang meramal masa
depan, dan (b) sastrawan pengrajin (maker), yang penuh keterampilan, terlatih
dan bekerja dengan serius dan penuh tanggung jawab. Penggolongan ini tidak
selalu tepat. Oleh karena sifat “kesurupan” dalam tradisi sastra, sebenarnya
modal yang tidak sederhana. Kesurupan tidak bisa dinilai semena-mena. Begitu
juga sastrawan “pengerajin”, tampaknya sekedar mementingkan produktivitas,
bukan kualitas.
Memang harus
disadari bahwa perbedaan tersebut dapat dilihat sepanjang sejarah sastra :
sastrawan “kesurupan” adalah penyair primitif shaman, penyair romantik, penyair
ekspresionis, dan penyair surealis. Sementara penyair profesional dari Irlandia
dan Islandia serta penyair-penyair Ranaisans, dan neoklasik adalah tipe
“pengerajin”. Tentu kedua tipe ini tidak merupakan dau kutub yang terpisah
secara eksklusif. Milton, Poe, Henry James, Eliot, Shakespeare, Dante adalah pengarang
yang memadukan kedua tipe itu dalam diri mereka. Mereka menyajikan
obsesi-obsesi kehidupan dalam karya yang dibuat dengan penuh ketekunan,
ketelitian, dan kesadaran. Tak ada satupun
pengarang ynag secara tepat dapat masuk pada tipologi tersebut. Apalagi,
derap psikologi pengarang sewaktu-waktu juga dapat berubah.
Apollo dan Dionysus
dua dewa seni Yunani mewakili dua jenis seni dan proses seni, seni patung dan
seni musik, tingkat psikologis mimpi dan keadaan mabuk ekstase. Keduanya
kira-kira sejalan dengan penggolongan sastrawan “pengerajin” dan sastrawan
“kesurupan”, sastrawan klasik dan romantik. Keadaan ekstase dan “pengerajin”
dalam sastra, secara psikologis amat sulit dipisahkan. Pengarang yang sukses
kadang-kadang harus memanfaatkan keduannya. Kedalaman imajinasi biasanya
terbangun melalui ekstase. Tipe-tipe pengerajin, sebenarnya dalam sastra
tergolong underdoge. Oleh sebab itu, dunia sastra lebih tepat disebut pengarang
kreatif.
Pada bagian
selanjutnya, psikolog Prnacis, Ribot, terpengaruh Nietzsche ketika membagi dua
tipe imajinasi sastrawan menjadi tipe “plastis” dan tipe diffluent (cair).
Pengarang tipe “plastis” mampu membuat pencitraan visual yang tajam, yang
dirangsang oleh pengindraan dari luar. Pengarang tipe diffluent (pendengaran
dan simbolik), memulai imajinasi melalui emosi atau perasaan, lalu
menuangkannya melalui irama dan pencitraan yang didorong oleh stimulus dari
dalam dirinya. Yang termasuk tipe terkahir adalah penyair simbolis dan
pengarang cerita romantik, seperti Tieck, Hoffman, dan Poe. Jelas Eliot
mendapatkan ide dari teori Ribot ketika ia mengkontraskan imajinasi visual
Dante dan imajinasi pendengaran Milton. Kedua tipe tersebut secara psikologis
tidak dapat dipandang remeh. Sebab, watak plastis dan cair dalam sastra
merupakan kondisi kejiwaan yang di butuhkan. Gagasan yang plastis dan cair akan
menentukan karya sastra itu menarik atau tidak
2.4 PSIKOBUDAYA
PENGARANG
Psikobudaya adalah
kondisi pengarang yang tidak lepas dari aspek budaya. Kejiwaan pengarang
dituntun oleh kondisi budayanya. Pengarang yang bebas sama sekali daro faktor
budaya, hampir tidak ada. Faktor budaya akan menyublim secara halus dalam jiwa
pengarang. Banyak yang menyoroti masalah psikologi kreativitas pengarang yang
terkait dengan budaya. Penelitian psikologis pengarang akan memahami betapa penting
faktor internal dan eksternal dalam psikologis pengarang. Pengarang tidak bisa
lepas dari budaya, pribadi, dan moral yang mengitari jiwanya.
Menurut
rieti membedakan
berbagai faktor sosio kultural yang creativogenic. Faktor pertamayang
menurutnya paling esensial adalah tersedianya sarana/ prasarana budaya.
Misalnya, di Jakarta, adanya Taman Ismail Marzuki yang memungkinkan para
seniman, budayawan, sastrawan, dan sebagainya. Saling bertemu, berdiskusi dan
memaparkan karya-karya seni mereka sangat membantu perkembangan seni (termasuk
seni sastra). Sebagai contoh, Sori Siregar dapat bertemu dengan Arif Budiman di
TIM, yang menghasilkan percakapan yang mana antara lain merangsangnya untuk
tidak membatasi diri pada penulisan cerpen, tetapi juga novel. Faktor
kepengarangan demikian,menurut hemat saya, memang tidak terelakkan dalam diri
psikis pengarang. Pengarang yang hidupnya penuh liku-liku kultural, tentu amat
kaya jiwanya. Di Yogjakarta, misalnya, di zaman Umbu Landu Paranggi, dengan
Sanggar Bambu, budaya Malioboro amat berperan. Peristiwa obrolan dan nongkrong
di jantung kota, akan membentuk kreativitas batin.
Kreativitas kedua
dari budaya creativogenic ialah keterbukaan terhadap berbagai rangsangan
kebudayaan, baik yang nasional maupun internasional.
2.5 KEPRIBADIAN
PENGARANG
Kepribadian adalah persoalan jiwa pengarang yang asasi.
Pribadi pengarang akan memengaruhi ruh karya. Belajar dari gagasan benedict kepribadian
seseorang ada yang normal ada abnormal. Pribadi normal, biasanya mengikuti
irama yang lazim dalam kehidupannya. Apapun abnormal, bila terjadi deviasi
kpribadian. Kedua wilayah pribadi sah-sah saja dalam kehidupan pengarang.
Kepribadian memang dapat dibentuk. Dalam pertemuan
dengan orang-orang yang ternama dalam bidang sastra dan diluar sastra, pribadi
pengarang akan terbentuk. Interaksi antara pribadi-pribadi atau kelompok
individu yang mempunyai minat yang sama mempunyai dampak yang amat menentukan.
Sitor situmorang
Faktor terakhir yang dikemukakan oleh arieti sebagai
cretivougenic ialah pemberian insentif dan penghargaan. Meskipun hadiah yang
paling besar untuk kreativitas adalah kreativitas itu sendiri, dan tak ada yang
lebih menggembirakan dalam arti memuaskan pribadi yang kreatif daripada
kegiatan mencipta itu sendiri (proses), atau karya kreatifnya (produk),
intensif dan penghargaan dapat memperkuat motivasi. Namun, jika berlebih justru
menghilangkan motivasi intrinsik untuk mencipta. Bagaimanapun, keamanan atau
jaminan finansial dapat membantu hal tersebut. Sekali lagi, faktor-faktor
creativogenic tersebut hanya merupakan masukan untuk kreativitas individu,
tetapi yang lebih esendial adaalah unsur-unsur intrapsikis dari pribadi
kreatif.
Dari suatu penelitian tentang pendapat para ahli
psikologi di indonesia mengenai ciri-ciri kpribadian kreatif
Kebanyakan ciri-ciri ini dapat dikenali pada para
pengarang atau sastrawan kita. Kreativitas sebagai konsep ditinjau dari segi
4P, yaitu dari aspek pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari
aspek pribadi, tindakan atau prilaku kreatif muncul dari keunikan kepribadian
individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
Ditinjau dari segi pendorong atau dorongan,
kreativitas dalam sastra, maka ialah jika ingin menumbuhkan kreativitas dalam
sastra, maka kita perlu menghargai keunikan pribadi seseorang. Menurut
pramoednya anata toer
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Psikologi Pengarang
merupakan salah satu wilayah pesikologi esian yang membahas aspek kejiwaan
pengarang sebagai suatu tipe maupun sebagai seorang pribadi
·
Memory
Psikologi Pengarang
·
Tipologi
Psikis Pengarang
·
Psikobudaya
Pengarang
·
Kepribadian
Pengarang
3.2 SARAN
1. Bagi
Mahasiswa
Dalam penulisan makalah materi
berjudul “PSIKOLOGI PENGARANG”
penulis mengharapkan agar seluruh mahasiswa mampu memahami tentang apakah yang dimaksud dengan Psikologi Pengarang
dan faktor yang mempengaruhinya.
2. Bagi
Dosen
Dalam penulisan makalah materi “PSIKOLOGI PENGARANG” penulis menyarankan
kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Sastra Dr. Bayu Firmansyah, S.S, M.Pd memberi bimbingan
kepada mahasiswa agar makalah berjalan sesuai dengan instruksi yang diberikan.
3. Bagi
Perpustakaan
Dalam penulisan makalah materi “PSIKOLOGI PENGARANG” penulis dituntut untuk
mencari sumber dari literature buku. Untuk
pengembangan lebih lanjutnya perpustakaan harus menyediakan buku lebih lengkap
perihal materi Psikologi Sastra.
DAFRAR PUSTAKA
Ana Lutfiah, d. (2017, September). PSIKOLOGI
PENGARANG. Retrieved from Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan
2015A:
http://pbsi2015a.blogspot.com/2017/12/psikologi-pengarang-makalah-diajukan.html
Arieti, S. (1976). Creativity
: The Magic Synthesis. New York: Basic Books.
Endraswara, S.
(2008). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo.
Eneste, P. (1984). Proses
Kreatif : Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang II. Jakarta: PT. Gramedia.
Hardjana, A. (1984). Kritik
Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramadeia.
Munandar, U. S.
(1977). Creativity and Education, Disertasi Doktor U.I. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Warren, R. W. (1989).
Teori Kesustraan. Jakarta: PT. Gramedia.
Warren, R. W. (1990).
Teori Kesusastraan. Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Melani
Budianta. Jakarta: Gramedia.
Wiyatmi. (2011). Psikologi
Sastra (Teori dan Aplikasinya). Yogyakarta: Kanwa publisher.
Komentar
Posting Komentar