PROSES KREATIF SATRA
PROSES
KREATIF SATRA
Rangkuman Guna Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Psikologi Sastra
Dosen Pembimbing:
Dr. Bayu Firmansyah, S,S., M.Pd
PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 2018 A
FAKULTAS PEDAGOGI DAN
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
A. PSIKOLOGI
KREATIVITAS CIPTA SASTRA
1. DORONGAN PSIKOLOGI DALAM PROSES KREATIF
SASTRA
Proses kreatif
merupakan sebuah proses yang dilalui seorang pengarang dalam menghasilkan
sebuah karya sastra. Proses yang dimaksud adalah pengumpulan ide, pengembangan
ide, dan penyempurnaan. Ada beberapa golongan
keadaan jiwa yang dapat mendorong lahirnya proses kreatif sastrawan, yaitu (1)
jiwa sedang iba (trenyuh), (2) jiwa sastrawan sedang geram, (3) jiwa merasa kagum.
“Inspirasi” adalah sebutan
tradisional untuk faktor bawah sadar dalam proses penciptaan. Inspirasi
sebenarnya posisi kejiwaan sastrawan atau seniman. Posisi kejiwaan itu bisa
datang tiba-tiba atau berproses demikian panjang.
2. GAYA PSIKOLOGI DALAM PROSES KREATIF
Gaya psikologis pengarang
berbeda-beda. Semua karya akan membentuk tradisi khas. Ada pengarang yang
membutuhkan ketenangan dan kesunyian, tetapi akan yang menulis di tengah
keluarga atau keramaian sebuah cafe. Ada juga perilaku sensational, seperti
menulis pada malam hari dan tidur pada siang hari.
3. IDENTITAS PSIKOLOGIS DALAM PROSES
KREATIF
Menurut, Jatman (1985) dalam
bukunya Sastra Psikologi dan Masyarakat, dengan membicarakan
integritas dan identitas, kita telah mengasumsikan adanya struktur yang selalu
berproses dalam diti manusia. Integritas dimaksudkan sebagai kerjasama antara
kesadaran dan bawah sadar manusia.
Integritas proses kreatif ini,
yaitu proses penggarapan masukan menjadi keluaran untuk mencapai tujuan sebagai
hasil kerjasama diantara elemen-elemen yang saling berkaitan. Elemen-elemen
inilah yang bisa dipadankan dengan konstruksi dalam diri manusia , seperti
motif, emosi, intelegensi, konsep diri dan lain-lain.
Demikianlah identitas menjadi
salah satu sifat pokok dari orang kreatif. Integritas dan identitas seorang
seniman yang menjadi sumber keunikanya dittentukan oleh proses-proses sejarah
yang menyangkut interaksi antara struktur dalam dengan struktur lingkungannya.
4. PROSES KREATIF SEBAGAI AKTUALISASI DIRI
Brewater Smith (Jatman, 1985)
dalam bukunya Creative Processes, menunjukkan bahwa proses kreatif orang itu
berbeda-beda dan sulit sekali untuk dijelaskan hanya dari pola
stimulus-response belaka
Pendapat Abraham Maslow yang
lebih melihat kebutuhan untuk kreatif ini sebagai kebutuhan untuk aktualisasi
diri, yakni suatu metamotif yang tertinggi kedudukannya di antara hirearki
motif-motif lain yang ada. Aktualisasi diri ini merupakan upaya manusia untuk
mengaktualisasikan potensi-potensi mereka. Dalam hal ini peran diri yang sadar sangat
penting dalam proses penciptaan. Dengan aktualisasi diri inilah seseorang
menemukan identitas pribadinya serta integritasnya.
5. TAHAP-TAHAP
PSIKOLOGIS DALAM PROSES KREATIF
a) Tahap
pengumpulan informasi dan data yang dibutuhkan, pengalaman pengalaman yang
mempersiapkan seseorang untuk melakukan tugas atau memecahkan masalah tertentu,
b) Tahap Iluminasi, dan c) Tahap
verifikasi tinjauan secara kritis.
6. MODEL-MODEL PROSES KREATIF SASTRA
a) Model
“yoga” atau meditasi, b) Model ramai-ramai, c) Model cermin, d) Model psiko-kreatif, dan e) Model komplikasi
B. PSIKOLOGI KREATIF BACA SASTRA
1. KREATIFITAS KEJIWAAN BACA SASTRA
Baca sastra butuh kreativitas
luar biasa. Ada juga yang membutuhkan baca sastra perlu sutradara. Meskipun
demikian, kreativitas diri tidak kalah pentingnya sutradara atau penata laku
baca, hanya memberi masukan, tapi eksekusi tetap pada pembaca. Pendapat
Merton (1961) bahwa yang disebut orang kreatif itu bukan karena hanya banyaknya
gagasan-gagasan baru yang dilahirkannya, tetapi karena gagasan-gagasan barunya
itu ada satu dua yang sungguh bermutu, maka bagi para seniman kebaruan ini
hanyalah gelar bagi sang seniman, dan tidak menentukan karya senimannya.
Demikianlah kita akan lebih banyak memusatkan perhatian pada proses kreatif
yang mengandung pula permasalahan orisionalitas, otentisitas, integritas
identitas ini.
2. BACA SASTRA : BERMAIN-MAIN KEJIWAAN
Baca sastra adalah bagian dari
proses komunikasi psikologis olah sastra. Dalam gagasan Hutomo
(1997) mengatakan bahwa proses kreatif penciptaan puisi selalu melalui
peristiwa “leaving in” dan “leaving out”. Berdasarkan pendapat ini, Baca
sastra yang kearah pemanggungan,sering terdapat pembuangan hal yang tak
perlu penting untuk kesuksesan baca dan penyisaan yang tersisa adalah hasil
seleksi. Baca sastra tentu akan menjadi konsumsi jiwa. Baca
sastra yang memukau akan mempengaruhi jiwa. Mungkin awalnya sekedar
main-main, namun dampak baca sastra bisa melebar ke nurani.
3. PSIKOLOGI MEMBACA PUISI
Membaca puisi secara individual,
berbeda dngan berkelompok. Pembaca harus menguasai secara keseluruhan. Puisi
yang akan di baca milik sendiri biasanya lebih bagus meskipun
relatif karena, pembaca telah paham, bagian-bagian mana yang perlu di baca
berat, ringan, panjang, pendek, perlu tempo dan sebagainya.
Yang harus di persiapkan untuk
membaca puisi, anatara lain (1) memilih sejumlah puisi, jika kita bebas
membaca, (2) Pelajari kata-kata yang sulit, jika tak tahu, di
tanyakan atau di cari dalam kamus, (3) Beri tanda khusus pada
kata-kata yang di baca berat, ringan, lambat, cepat, sedih, gembira, dan
seterusnya, (4) Pertimbangkan, apakah anda akan membaca puisi
humor, sedih, memberi advice, atau yang lain, dan (5) Berlatih gerak mimik.
Membaca sastra harus banyak
berlatih. Ada beberapa latihan
dasar yang harus disiapkan, yakni (1) Berlatihlah membaca, sekurang-kurangnya tiga
sampai empat kali perjudul, (2) Berlatih pernapasan, dan (3) Belajar mengucapkan
vokal.
Membaca puisi di panggung ada
trik estetis dan performance art. Ada bebrapa catatan
penting yaitu, (1) Membaca judul dan nama
penyair. Keduanya boleh dibalik, mana yang didahulukan, ini wajib di baca, (2) Boleh
dari duduk keberdiri atau sebaliknya. Jika harus berjalan, langkahkan sejalan
dengan irama puisi, (3) Membelakangi pemirsa
/pendengar sebaiknya jangan dalam hitungan 510 detik,jika sekejap, tentu boleh
saja, (4) pada awal dan akhir membaca, tidak harus hormat, kendati dalam lomba
tidak harus mengucapkan, dan apalagi introduksi sendiri, dan (5) kalau ada kata yang terlewatkan, tak perlu
diulang(maaf) seperti pembaca berita di radio dan tv.
4. PENGAMATAN, PENGHAYATAN, DAN PENJIWAAN
Mungkin tak ada peristiwa baca
sastra yang tanpa pengamatan. Ketajaman psikis amat penting dalam baca sastra.
Berkaitan dengan hal ini, ada beberapa langkah psikologis membaca sastra,
antara lain: 1) Mari, bersama-sama diam, 2) Dari
amatan tadi, segera berandai-andailah, 3) Kini, coba liahat
temanmu, dari atas ke bawah, 4) Coba lagi, saya
tanya: siapa orang/tokoh yang paling, dan 5) Ingat
baik-baik, apa peristiwa sebelum Anda ke tempat ini.
Ingatan-ingatan itu proses
psikis. Ada beberapa langkah psikis yang perlu ditempuh: 1) Alam sekitar adalah gudang puisi, 2) Kalau
sudah, bentangkan apa yang Anda anggap menarik dan belum banyak dibicaran orang
dari alam, dan 3) Masukklah ke dunia pembacaan
puisi, berbekal emosi.
Teknik penyampaian ini sendiri
sebenarnya membutuhkan latihan dan kerja keras atau kemauan yang tinggi untuk
terus belajar. Latihan teknik penyampaian meliputi: latihan vocal, latihan
pernapasan, dan latihan konsentrasi atau meditasi. Kunci
dari seluruh psikologi baca sastra memang pada jiwa. Keterlibatan jiwa selalu
menjadi fokus kajian. Mulai dari penghayatan sampai ekspresi baca, akan dilacak
terus- menerus.
DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi.
2008. Metode Penelitian PSIKOLOGI SASTRA Teori, Langkah, dan
Penerapannya. Yogyakarta: PT Buku Kita
Komentar
Posting Komentar